RELENTLESS LOVE (BAB.8: LAMARAN TAK TERDUGA)

Iin Indrayani - Novelis Indramayu

By Iin Indrayani


8.LAMARAN TAK TERDUGA
         

       Prass tertegun melihat apa yang nampak di depan matanya. Ia menatap Ferly yang masih tak sadarkan diri. Kemudian bola matanya menangkap Digta yang terpukul sambil mendekap kedua lututnya di atas kursi. Seketika sosok Pak Ridwan yang kini telah tiada muncul dalam pikirannya. Dan sosok Bu Hesty yang sedang melawan mautnya seakan mencekik kerongkongannya. Ia keluar dari kamar itu dan bersandar pada dinding di samping pintu. Pikirannya kalut, penyesalan yang begitu mendalam kini berteriak teriak di dalam bantinnya. Ia menyesali skenario yang Ia buat hingga kedua orangtua Ferly harus menanggung resikonya. Targetnya bukanlah mereka, ia hanya menggunakan gadis itu untuk membalaskan dendamnya pada Bu Melinda dan anaknya atas kematian Ibunda tercintanya, Bu Anindya. Namun lihat, saat ini justru tindakannya itu telah merenggut ayah tercinta sekaligus tulang punggung keluarga Ferly.

“Bahkan aku lebih kejam dari mereka. Apa bedanya aku dengan mereka. Ya Tuhan.. apa yang aku lakukan .. maafkan aku Ferly.. Digta. “

        Malam harinya Prass terlelap di samping ranjang Ferly sambil menggenggam telapak tangan gadis itu. Sementara Digta tidur di depan ruang ICU sembari menjaga Ibunya yang sedang koma. Gadis itu membuka matanya pelan pelan, Ia cukup terkejut mendapati Prass begitu lelap dalam tidurnya. Ia jauh lebih tenang karna pengaruh obat yang disuntikan suster saat Ia pingsan sore tadi. Ia mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Prass hingga gerakannya membuat pemuda itu terbangun dari tidurnya.

“Kau sudah sadar Fer?”

        Sedang Ferly hanya mengangguk kecil. Ia berusaha untuk bangkit dan berdiri dengan sisa tenaga yang ia miliki, walau Prass memintanya untuk beristrahat namun gadis itu kukuh ingin melihat keadaan ibunya di ruang ICU. Prass tidak bisa berbuat apa apa selain menuruti kemauan seorang gadis yang hatinya begitu remuk tertimpa masalah bertubi tubi. Masalah yang dibuat oleh lelaki itu sendiri.

       Mereka menyusuri koridor demi koridor rumah sakit. Dingin malam tak terasa sama sekali di kulit mereka. Bahkan situasi genting yang saat ini mereka lalui telah mencabut indera perasa yang ada di dalam tubuh mereka. Rasa dingin, lapar, haus, dan senang seakan menghilang entah kemana.  Diperjalanan keruang ICU, Prass terus menundukkan kepalanya. Ia sungkan menatap wajah Ferly karna digandrungi rasa bersalah yang amat besar terhadapnya.

       Ferly berdiri didepan kaca menatap tubuh Bu Hesty dengan kesedihan yang mendalam. Airmatanya kembali tumpah dan suara isak tangisnya membangunkan Digta dari tidurnya.

“Kakak sudah sadar ? sejak kapan kakak berada disini?”

“kakakmu tidak apa apa Digta. Tidurlah, banyak hal yang harus kau lakukan besok pagi. Biar kak Prass yang menjaga kakakmu“

       Anak lelaki berwajah oval itu tak membalas ucapan prass. Ia masih menatap kakaknya dengan pilu lalu merebahkan kembali tubuhnya ke bangku panjang yang berada di depan kamar itu. Sementara Ferly semakin tenggelam dalam kesedihannya tanpa berucap sepatah katapun.

       Keesokan harinya jenazah Pak Ridwan telah siap uuk di makamkan. Sebuah peti berwarna hitam kecoklatan menjadi alas tidur terakhir jasad beliau yang dikenal begitu lemah lembut dimata keluarga dan orang orang sekitarnya. Ferly dan Digta berdiri di barisan paling depan. Di belakangnya nampak Prass memakai kacamata hitamnya, Giyo dan juga Dyno. Sementara di belakang mereka lagi ada Pak irawan dan Bu Melinda yang hadir dengan penuh duka yang tersirat di wajah keduanya.

      Bagai sebuah mimpi, baru kemarin mereka masih betemu dan sekarang beliau telah dipanggil oleh Sang Maha Kuasa. Ada penyesalan di wajah Pak Irawan. Beliau tak mnyangka, bahwa keluarganya sempat menoreh luka yang begitu mendalam di ujung nafas Pak Ridwan. Sedangkan Dyno, tiada henti menatap Ferly yang terus menangis di depannya. Keinginan terbesarnya saat itu adalah dirinya bisa menjadi tumpuan kesedihan gadis itu saat ini seperti yang telah mereka lalui selama bertahun tahun. Tapi itu hanyalah sebuah mimpi yang terlalu tinggi. Jangankan untuk dekat dengan dirinya, melihat wajahnya-pun rasanya Ferly sudah tak sudi. Ia masih sangat menyesali kejadian di rumah Hellen dua malam yang lalu.

Sepoi sepoi angin dan gemulai pepohonan mengiringi proses pemakaman almarhum Pak Ridwan pagi itu. Peti mulai dimasukkan ke liang lahat. Tangis Ferly semakin menggema di area pemakaman itu. Digta terus memeluk kakaknya dan berusaha untuk lebih tegar darinya. Giyo mendekat kearah sahabatnya lalu mengelus pundaknya berharap bisa sedikit menenangkan hatinya yang sedang remuk. Namun Ferly tak merespon dirinya sedikitpun. Ia begitu terlarut dalam kesedihan yang mendalam. Hatinya teriris iris hingga peti hitam kecoklatan itu tak terlihat oleh matanya.

“Selamat beristirahat Ayah, Engkau adalah Ayah terbaik yang pernah Ferly miliki. Walau kita berbeda keyakinan, tapi Ayah tak pernah memaksa Ferly untuk masuk ke keyakinan Ayah dan Ibu. Kalian sangat menghormati Ferly yang terlahir sebagai seorang kristiani. Tempat Ayah di hati ferly takkan bisa tergantikan oleh siapapun“ Gumam gadis itu sambil menyandarkan kepalanya ke bahu adiknya.

        Dia memeluk Digta lalu menangis tersedu sedu. Setelah proses pemakaman itu selesai semua orangpun mulai pergi satu persatu. Ferly dan Digta masih berdiri didekat pusara ayahnya. Sementara Prass, Giyo dan Dyno tetap beada di belakang mereka.

“Eh, kalian ni ya, kalo keadaan lagi sedih begini aja pada anteng kayak kucing kekenyangan. Coba kalo suasananya nggak berduka kayak sekarang, pasti udah berantem terus kayak tom and jerry“ Celoteh pemuda berbadan subur itu dengan pandangan lurus kedepan.

        Matanya mulai melirik ke Dyno dan Prass yang tak merespon celotehannya sedikitpun. Giyo mulai ketakutan sambil memutar mutar bola matanya keseluruh penjuru pemakaman yang mulai sepi.

“Duuuh kok pada diem si,.. ini suasana pemakaman jadi tambah horor begini“ Gumamnya pelan sambil meringis ketakutan.

Prass melangkahkan kakinya kearah Ferly dan Digta. Ia mengajak mereka untuk kembali kerumah sakit. Sementara Dyno nampak kesal dengan sikap kakaknya yang seakan mengambi kesempatan dalam kesempitan. Ferly meminta adiknya untuk kebali kerumah sakit bersama Giyo. Sedang dia sendiri masih ingin berada di makam ayahnya bersama Prass.

“Kau juga harus beristirahat Fer, Digta dan Giyo akan menjaga Ibumu dirumah sakit. Sekarang, lebih baiak kita pulang kerumahmu. Kau lihat pusara ayahmu, andai beliau dapat melihatmu seperti ini pasti beliau snagat sedih sekali. Kau juga harus menjaga kesehatanmu demi adik dan ibumu .”

       Bujuk pemuda tampan itu dengan nada suara yang sangat lembut. Kelembutan itu bagai desiran angin yang menghempas gurun pasir di hati Ferly. Ferly menoleh kearah Prass dengan ekspresi yang begitu lugu, dan ekspresi itulah yang selalu dirindukan oleh pemuda tampan itu terhadapnya.

“Terima kasih atas perhatian Kak Prass terhadap kami. Kami berhutang banyak waktu pada Kakak. Aku sendiri tidak akan mampu melalui semua ini tanpa bantuan dari Kak Prass. Aku juga sangat berterima kasih atas segala waktu dan kebaikan Kakak pada keluargaku saat ini .”

“Sama sama Ferly. Sudahlah , jangan di ungkit lagi, aku tulus melakukan semua itu. Ayo kita pulang ke rumahmu Fer.. “

“Baik”

      Merekapun meninggalkan area pemakaman itu lalu masuk kedalam mobil Prass yang berada di depan jalan. Sementara Dyno masih memperhatikan mereka dari kejauhan dengan kedua mata merah menyala. Dia memuji kecerdasan kakak tirinya yang telah berhasil mengambil alih posisinya diwaktu yang sangat tepat. Kecemburuan di dalam hatinya semakin membara mengingat Ferly begitu sangat membencinya sekarang. Ia sadar, apapun yang Ia lakukan takkan bisa mengubah kenyataan itu kecuali Ia bisa membongkar siapa dalang dibalik skenario malam itu di rumah Hellen.

      Dalam waktu kurang dari satu jam Prass sudah membawa Ferly kedepan halaman rumahnya. Mereka turun bersamaan lalu masuk dan duduk diruang tamu. Ferly terlihat lelah sekali, kelopak matanya begitu pucat. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa dengan bulir bulir airmata yang kembali berjatuhan. Batinnya terasa sakit sekali menyadari kini takkan ada lagi canda tawa dan nasihat ayahnya dirumah itu. Terlebih ibunya masih koma diruang ICU. Prass semakin iba melihat keadaan gadis itu saat ini, Ia berjalan ke belakang rumah mencari dapur untuk membuatkan teh hangat untuk gadis itu. Ia mencari cari tempat gelas, teh dan gula yang entah berada dimana. Ia kebingungan hingga kepalanya yang tak terasa gatalpun Ia garuk sekuat mungkin.

“Dimana mereka menyimpan teh dan gulanya?” Gumamnya agak kesal dengan dirinya sendiri.

      Sejurus kemudian Ia membuka sebuah lemari dapur kecil motif bunga bungaan dan mendapatkan apa yang Ia cari. Dua gelas teh hangat telah Ia suguhkan didepan Ferly. Ferly cukup terkejut lalu mengusap airmatanya secepat mungkin. Prass meminta maaf kepada gadis itu karna terkesan lancang sudah masuk ke dapurnya tanpa izin. Namun Ferly hanya tersenyum kecil dan berterima kasih karna sudah dibuatkan segelas teh hangat untuknya. Merekapun mulai meneguk teh itu dan kembali membicarakan sesuatu yang mengganjal di hati mereka.

“Ada apa Fer.. kau terlihat memikirkan banyak hal didalam fikiranmu. Aku dapat melihatnya dari raut wajahmu saat ini. “

“Aku bingung Kak Prass.. aku tidak tahu apakah keputusan yang akan aku ambil ini benar atau salah. Tapi aku tidak punya pilihan lain untuk menyelesaikan masalah yang sedang kami hadapi saat ini” Jawab gadis itu dengan nada suara yang cukup pelan.

Prass mengerutkan dahinya dan menatap wajah Ferly dengan penuh keseriusan.

“Apa maksudnya, kau boleh menceritakan semua permasalahanmu padaku jika kau mau. “

“Aku ingin menjual rumah ini Kak Prass. Aku membutuhkan biaya untuk membayar rumah sakit almarhum ayah dan biaya perawatan ibu yang tidak sedikit. Kami hanay punya tabungan sedikit untuk sekolah Digta hingga Ia lulus kuliah nanti. Dan aku tidak mau mengambil sedikitpun untuk hal apapun.”

“Tapi rumah ini adalah jantung keluarga kalian Ferly. Banyak kenangan yang indah didalamnya. “

“Aku tidak punya pilihan lain Kak Prass. Aku sendiri belum punya banyak uang. Hasil penjualan toko-ku selama setahun-pun tidak akan cukup untuk membiayai rumah sakit orangtuaku saat ini.”

“Sudahlah, kita fikirkan itu nanti. Sekarang kau masuklah ke kamarmu dan beristirahat secukup mungkin. Aku akan keluar sebentar untuk membeli makanan ringan dan aku akan kembali kesini. Sana, beristirahatlah Ferly. “

        Gadis itu nampak terharu dengan perhatian Prass kepadanya. Ia mengangguk pelan dan masuk kekamarnya. Sementara Prass kembali meneguk teh hangat buatannya sendiri lalu keluar untuk membeli makanan ringan ke minimarket terdekat.

Siang harinya di kantin rumah sakit, Giyo dan Digta sedang menikmati makan siang mereka dengan dua buah jus jeruk dan nasi goreng yang siap mereka santap. Giyo langsung melahap nasi goreng dihadapannya sambil sesekali menyeruput jus jeruk dengan mulut penuh. Sedangkan Digta tak memiliki selera makan sedikitpun. Ia hanya menikmati jus jeruk itu sembari memuta mutar sedotan di tangan kanannya.

“Gilaaaaa, makanan disini enak banget ya Dig. Kayaknya ni ya.. gue harus sering sering berkunjung kerumah sakit ini deh.”

“Makanan mulu yang dipikirin. Lihat noh, orang orang pada memperhatikan Kak Giyo sedari tadi“ Jawab Digta dengan wajah bete.

“Eeeh ngapain lu ngurusin mereka, emang mereka yang ngasih lu makan, yang ngasih lu jajan selama ini. Biarin duit duit gue, perut juga perut gue. “

       Bulir bulir jus jeruk itu terlihat berjatuhan dari mulut Giyo yang penuh makanan dan minuman hingga Digta yang sedang berduka detik itu mulai tertawa karna tingkah sahabat kakaknya itu. Tiba tiba Ferly dan Prass datang dan bergabung bersama mereka. Giyo menyinyir melihat Prass yang selalu menatap tajam karahnya. Wajahnya langsung berubah sedemikian rupa.

“Ngapain sih, si muka horor pake acara kesini segala. Ganggu mood makan gue aja.”
Ketusnya dalam hati.

       Ferly langsung memesan makan siang untuk Prass dan dirinya. Dan itu adalah makanan pertama yang masuk kedalam perut gadis itu sejak kemarin sore. Bahkan makanan ringan yang dibelikan Prass-pun tak disentuh olehnya sedikitpun. Ferly berbicara kepada Digta agar adiknya itu jangan pernah meninggalkan mata kuliahnya walau dalam keadaan apapun. Pesan pesan kebajikan yang ditanamkan oleh orangtua mereka kini terpancar dalam untaian kata demi kata gadis itu kepada adiknya. Ferly terus menyemangati adiknya untuk menomorsatukan pendidikannya agar perjuangan orangtua mereka selama ini tak sia sia. Digta terharu dengan diri kakaknya yang kini kembali mengobarkan semangat hidupnya setelah seharian terpuruk oleh kematian ayahnya. Siapa lagi yang bisa Ia jadikan sandaran selain Ferly saat ini. Sementara Prass dan Giyo nampak tersenyum bersamaan saat melihat Ferly dan Digta saling menyemangati satu sama lain.

Pesanan makanan itu telah datang. Prass membujuk Ferly agak menyantap habis makan siangnya kali ini. Namun tetap saja, gadis itu hanya makan beberapa sendok lalu menghabiskan jus jeruk yang Ia pesan. Prass sedikit lega, paling tidak sudah ada makanan yang masuk kedalam perutnya. Setelahnya Ia pamit pulang untuk beristirahat dan akan kembali kerumah sakit lagi nanti malam. Ferly dan Digta berterima kasih atas kebaikannya terhadap mereka. Prass hanya tersenyum manis lalu pergi darisana.
***
       Dirumah Pak Irawan, Dyno sudah menunggu kepulangan kakaknya dengan ekspresi yang penuh kebencian. Suara mobil mewah kakaknya yang berhenti di halaman rumah mereka nampak terdengar dari kejauhan. Dyno berdiri di belakang pintu sengaja mencegat kakak tirinya saat masuk. Pintu itu terbuka dan sebuah pukulan kuat membuat tubuh Prass tersungkur keatas lantai. Ia kehilangan keseimbangan karena rasa lelah yang menguasai dirinya. Sekaligus Ia tak menyangka bahwa adiknya akan menyambut kedatangannya sekasar itu.

“Bangun pengecut! ayo bangun dan lawan aku .” teriak Dyno dengan mata memerah darah.

Prass mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya lalu Ia berdiri dan menatap wajah adiknya dengan sangat tajam.

“Apa yang ingin kau bahas denganku, katakan sekarang! aku paling malas bertatap muka lama lama denganmu”

Dyno meelangkah maju dan mencengkeram leher kakaknya, namun Prass tak melawannya sedikitpun.

“Aku tahu kau sudah jatuh cinta pada Ferly. Aku tidak pernah melihatmu sebaik ini pada perempuan manapun. Dan aku sungguh tak menyangka kau bisa merendahkan dirimu sendiri dengan berusaha merebut Ferly dariku. Ingat Prass.. kau punya Amanda di London. Dia tidak akan membiarkanmu dekat dengan perempuan manapun selain dirinya.”

 “Amanda kau bilang? kau tahu apa tentang dia, aku hanya menganggapnya sebagai sahabatku jika dia menganggapku lebih, itu adalah masalahnya dengan dirinya sendiri dan aku sama sekali tidak perduli !. satu lagi, .. jika kau menantangku untuk mendapatkan Ferly maka detik ini juga aku siap untuk bersaing denganmu Dyno. Dan kita lihat sebentar lagi, kau atau aku yang akan memenangkannya.”

        Kedua kakak beradik itu saling melempar kebencian satu sama lain. Prass melepas cengkraman tangan adiknya dan berlalu darisana. Dyno tak melepaskan sorotannya sedetikpun terhadap tubuh kakaknya sampai Prass masuk ke kamar dan tak nampak lagi oleh kedua matanya.
***
Dirumah sakit, Ferly, Digta dan Giyo hendak kembali keruang ICU setelah selesai menikmati makan siang mereka. Ferly berjalan paling depan dengan tatapan kosong sementara di belakang, Giyo berusaha menggoda Digta dengan tingkah kocaknya. Digta tak sedikitpun terpancing oleh trik triknya saat itu, dia malah terlihat kesal karna Giyo sudah mengganggu ketenangannya sejak tadi. Langkah mereka tiba tiba terhenti, Ferly dan Digta melihat beberapa suster keluar masuk dari kamar ibunya dirawat secara bersamaan. Mereka langsung berlari menuju ruangan itu dan meninggalkan Giyo sendirian.

“Ada apa suster, ibu saya baik baik saja kan ?” tanya gadis itu sesampainya diruang ICU.

“jangan tegang seperti itu Mbak Ferly. Ibu anda baik baik saja, justru ini kabar yang sangat baik karna Ibu anda mulai tersadar dari komanya. Tadi saya melihat Bu Hesty menggerakkan jari jemarinya dan kelopak matanya-pun ikut bergerak. Ini kemajuan yang sangat besar dan kemungkinan besok Ibu anda bisa dipindahkan dari ICU.”
Jawab suster itu dengan senyum melebar.

       Ferly merasa bahagia dengan keadaan Ibunya yang semakin membaik. Ia memeluk adiknya dengan kuat. Seketika kebahagiaan itu hilang dan Ia mulai memikirkan sesuatu yang terlihat mengganjal dihatinya.

“Suster maafkan saya sebelumnya. Saya ingin bertanya tentang biaya rumah sakit orangtua saya karna suster adalah asisten dokter yang menangani orangtua saya selama dua hari ini. Dari sejak kecelakaan itu hingga saat ini, berapa kira kira uang yang harus saya siapkan untuk melunasi administrasi rumah sakit ini?”

      Ferly bertanya dengan menundukkan kepalanya. Ia sudah yakin pastilah tagihan rumah sakit itu sangat besar. Dan Ia harus siap untuk melunasinya saat Bu Hesty sembuh nanti. Namun suster itu hanya tersenyum, Ia menepuk bahu gadis itu untuk menenangkan hatinya.

“Menurut yang saya dengar, seluruh biaya orangtua Mbak Ferly sudah ada yang menanggung. Jadi Mbak Ferly tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. “

      Ferly , Digta dan Giyo sangat terkejut mendengarnya. Ferly memastikan sekali lagi ucapan suster itu agar Ia tak salah dengar barusan. Tapi suster itu tetap mengatakan hal yang sama. Saat Ferly bertanya siapa orang yag sudah membayar biaya rumah sakit orangtuanya itu, suster tersebut tak menjawab. Ia berlalu dengan ekspresi sangat santai.
Ferly memikirkan sesuatu dan langsung berlari meninggalkan Giyo dan adiknya. Ia menuju ke ruangan administrasi untuk menanyakan perihal yang sama.

“Sus, aku Ferlyta putri dari almarhum Bapak Ridwan dan Ibu Hesty yang kecelakaan kemaren sore. Bisakah anda melihat berapa tagihan yang sudah dikeluarkan oleh rumah sakit untuk perawatan orangtua saya ?”

“Baik, tunggu sebentar .”

      Suster itu melihat file dari dalam komputernya dengan sangat teliti. Ferly semakin dibuat penasaran olehnya.

“Mbak Ferlyta, disini tidak ada tagihan sepeserpun atas nama anda ataupun orangtua anda. “
“Apa maksudnya Suster.. ?”

“Sudah ada yang menjamin biaya rumah sakit orangtua anda serta perawatan Ibuu Hesty sampai beliau benar benar sembuh. “

“Siapa Suster , siapa yang sudah membayar semua tanggunganku?”

“Atas nama Bapak Yoga Prassetya Irawan, ahli waris dari Blue Diamond perusahaan perhiasan yang cukup besar di negara ini. Dan saya juga sempat melihat Pak Yoga jugalah yang mengurus mobil orangtua anda yang semalam berada di kepolisian, Pak Yoga berbicara dengan beberapa polisi diruangan ini.”

       Bagai tersambar petir yang begitu kuat. Ferly tercengang dengan penuturan suster itu kepadanya. Orang yang telah menanggung biaya rumah sakit dan mengurus mobil almarhum ayahnya tidak lain adalah pemuda tampan yang semalam tertidur di sampingnya, Prass. Gadis innocent itu merasa gundah, tak enak hati dan ada kekecewaan juga di dalam dirinya. Biaya rumah sakit itu pastilah tak sedikit, kenapa dia tega menyembunyikan semua itu darinya.

Malam harinya gadis itu termenung di taman rumah sakit sambil menengadahkah wajahnya ke atas langit. Angin malam yang cukup kuat karena pekatnya mendung meniup wajah dan rambutnya yang tergerai indah hingga Ia memejamkan kedua matanya begitu saja.

“Ayaah… .” desahnya pelan.

       Bulir bulir airmata kembali berjatuhan di wajah cantiknya. Seseorang mendekatinya dari belakang dengan langkah begitu pelan. Dia duduk disamping Ferly dan menyentuh bahu gadis itu. Ferly tersentak dan langsung mengusap airmata di kedua pipinya.

“Mendung begitu pekat, sebentar lagi akan hujan. Ayo masuk kedalam .”
Pinta orang itu.

Ferly tak merespon ucapannya. Dia justru berdiri dan membelakangi orang itu.

“Kenapa Kak Prass menyembunyikan hal besar itu dariku?”

“Hal besar apa Ferly?"

Ferly menoleh dengan rasa kecewa yang terpancar dari wajahnya.

“Kenapa Kak Prass tidak bicara padaku terlebih dahulu tentang biaya administrasi rumah sakit orangtuaku.aku tahu Kakak sudah sangat baik kepada kami tapi hal yang kali ini Kakak lakukan sudah melewati batasan Kakak. Aku tidak ingin melibatkan orang lain kedalam masalah keluargaku.”
Tutur Ferly sedikit emosi.

        Prass menarik nafas dalam dalam. Ia lalu berdiri dan mendekat kearah Ferly. Hal yang Ia khawatirkan akhirnya terjadi juga. Namun Ia telah siap apabila gadis itu akan marah terhadapnya. Itu sudah menjadi konsekuensi dari niat baiknya.

“Aku tidak bermaksud menyembunyikan semua itu darimu Ferly, aku hanya ingin menolong nyawa Ibumu yang saat itu sedang kritis. Sedang kau sendiri masih tak sadarkan diri. Aku hanya memberikan yang terbaik yang aku bisa.”

“Tapi kenapa Kakak tidak memberitahuku. Bukankah seharian ini kita bersama. Biaya itu tidak sedikit Kak Prass, bagaimana aku akan melunasinya. Bahkan jika aku mengabdikan hidupku untukmu selama bertahun tahunpun aku yakin itu masih belum cukup untuk melunasi biaya yang sudah Kakak keluarkan untuk keluargaku.”

Prass terkejut dengan ucapan yang begitu saja keluar dari mulut Ferly. Gadis itu belum menangkap ketulusan dari hatinya selama ini.

“Kau berfikir serendah itu padaku Ferly. Apa kau kira aku akan menagih semua yang telah aku berikan itu padamu ? tidak Ferly, aku melakukannya karna aku juga manusia yang masih memiliki rasa kasih dan cinta di dalam hatiku.”

“Tapi aku tidak ingin keluargaku hidup di atas harta keluarga Irawan. Aku tidak ingin keluargaku hidup di atas belas kasih keluargamu !”
Ketus Ferly dengan penuh kebencian.

       Dia tak lagi memanggil Prass dengan sebutan ‘kakak’ tapi ‘kamu’ . dan itu sangat menyentak kenyamanan pemuda itu. Prass menatap wajah Ferly dengan sangat serius. Hujan mulai turun membuat suasana semakin dramatis. Prass mencengkeram tangan kanan gadis itu lalu menariknya dengan kuat.

“Lihat aku Ferly. Aku bukan Dyno yang hidup dari harta ayahku. Tapi aku Prassetya, seorang pemuda yang tumbuh dari didikan seorang paman yang baik hati. Seorang pemuda yang telah ditinggal mati oleh Ibunya yang begitu kaya raya. Dan jika harta Ibuku bisa menolong nyawa orang lain maka aku tidak akan sungkan untuk mengeluarkannya kepada siapapun dan itu harta Ibuku… Anindya. Bukan Irawan !!! “.
Jawabnya dengan tegas dan lugas.

      Ferly melihat emosi yang begitu menguasai pemuda di depannya. Dia mencoba untuk melepaskan cengkraman tangan Prass namun semakin Ia berusaha untuk melepaskan tangannya, pemuda tampan itu malah semakin kuat mencengkeram lengannya. Ferly semakin tegang dibuatnya, entah kenapa Prass tiba tiba saja kasar seperti itu walaupun Ia tahu mungkin dia tersinggung dengan kata kata Ferly sebelumnya tapi gadis itu sama sekali tak menyangka bahwa Prass akan memperlakukannya seperti itu.

“Kak Prass lepaskan tanganku, kau menyakitiku .”

“Aku tidak akan melepaskannya sebelum kau mengerti kenapa aku melakukan semua ini kepadamu .”

“Aku tidak mengerti. Yang jelas aku tidak akan mampu mengembalikan semua uang yang telah kau keluarkan untukku.”

“Kalau begitu menikahlah denganku Fer !” teriaknya dengan sangat lantang.

        Kedua mata Ferly terbuka lebar. Wajahnya berubah sedemikian rupa. Mulutnya terkunci rapat tak bergeming sepatah katapun. Keempat mata itu saling beradu tatapan yang menegangkan. Prass semakin erat mencengkeram lengan kanannya. Dan tangan kirinya mulai menarik pinggannya hingga tubuh gadis itu hanya berjarak beberapa centi saja dari tubuhnya.

“Apa kau belum melihat cinta dimataku untukmu ?”

Mulut Ferly seketika terbuka menampakkan rasa tak percaya.

“Ci, cinta ?” ucapnya ragu.

“Ya. Aku mencintaimu Ferly. Apa kau mau menikah denganku ?”
Prass bertanya dengan sungguh sungguh.

       Ferly masih diam seribu bahasa. Kedua wajah merpati putih itu sudah basah terkena guyuran air hujan. Prass mendekatkan bibirnya ke wajah Ferly. Ketegangan yang begitu hebat terlihat jelas oleh ekspresi gadis itu. Emosi yang sedari tadi menyelimuti pemuda itu akhirnya tertuang dalam sebuah kecupan lembut yang mendarat di bibir mungil Ferly. Ferly memejamkan kedua matanya secara spontan. Pesona pangeran UK itu berhasil membuatnya tenggelam dalam sebuah nuansa yang begitu dramatis dan romantis. Nuansa yang tak pernah Ia dapatkan dari Dyno.

to be continue....

( Bagi yang berminat untuk mengoleksi bukunya, bisa hubungi aku langsung ya ...
Facebook : Iin Indrayani, yang ada di Indonesia atau juga di Taiwan. untuk indo harga novel Rp.70.000 " 400 halaman ", untuk taiwan sekitar 400Nt / 450Nt. awal bulan depan sudah masuk proses cetak, Insha Allah. Terima kasih )

Untuk kembali membaca Klik  Bab 1 DENDAM MASA LALU
Untuk kembali membaca Klik  Bab 2 PERTEMUAN PRASS DAN FERLY
Untuk kembali membaca Klik  Bab 3 PERMAINAN DI MULAI
Untuk kembali membaca Klik  Bab 4 RINDU TERTUTUP GENGSI
Untuk kembali membaca Klik  Bab 5 PERTUNANGAN FERLY
Untuk kembali membaca Klik  Bab 6 RUMAH,PESTA,DAN PEMANDANGAN MENGERIKAN
Untuk kembali membaca Klik  Bab 7 RINDU TERTUTUP GENGSI


Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan dalam penulisan kami ......

Untuk melihat kegiatan kegiatan TBM LENTERA HATI  lihat saja  DI SINI ya ..........
Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI
Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI
Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI
Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI
Untuk yang suka membaca Novel DI SINI

Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
Kami tunggu Kritik dan Sarannya  !!!
**
Untuk teman teman yang mempunyai cerpen, puisi, novel, dan lainnya juka ingin di publish di sini silahkan kirim file nya ke email : tbm.lenterahati@gmail.com

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form