RELENTLESS LOVE (BAB7: FITNAH BERUJUNG MALAPETAKA)


By Iin Indrayani

7. FITNAH BERUJUNG MALAPETAKA


           Dyno tersadar dari obat tidur yang Hellen tuangkan kedalam minumannya. Ia bangun dan duduk di bibir ranjang dengan kepala yang masih terasa berat. Ia membuka matanya lebar lebar dan melihat sekelilingnya dengan bingung.

“Kamar siapa ini?”

           Pemuda itu terkejut saat melihat pakaiannya berhamburan di atas lantai. Dia menoleh kesamping dan mendapati Hellen masih tertidur pulas dengan selimut yang menutup sampai bagian dadanya. Dyno tersentak tak percaya. Ia tidak merasa mabuk sedikitpun bagaimana bisa mereka tertidur bersama. Rasa pusing dikepalanya mulai hilang berganti dengan rasa takut yang begitu besar. Ia langsung berdiri memungut kemejanya yang Ferly jatuhkan di depan pintu kamar itu. Dyno memakainya sambil mencari cari dompet dan kunci mobilnya yang entah ada di mana. Matanya melirik kesana kemari dengan tegang. Kunci itu berada di atas meja rias yang penuh alat alat make up Hellen. Dyno bergegas mengambilnya dan berlari keluar menuju mobilnya yang berada di samping rumah Hellen. Dia pulang dengan perasaan yang berkecamuk antara marah, bingung, dan takut. Ia marah terhadap teman temannya yang meninggalkan dia begitu saja. Ia bingung bagaimana dirinya bisa masuk ke kamar itu. Dan ia takut jika Ferly mengetahui semua itu.

“Aaaaahhhh siaaaalll“

         Dyno memukul setir dengan kuat. Ia menangis dan memegang kepalanya dengan penuh penyesalan.

“Apa yang baru saja aku lakukan..?“

         Dyno kembali mengingat Ferly yang ia hiraukan selama seharian penuh. Ia menyesal telah pergi ke pesta itu tanpa Ferly bersamanya. Ditengah keputusasaan ia merasakan rindu yang begitu dalam terhadap gadis itu. Seandainya saja ia tidak egois mungkin kejadian buruk itu takkan pernah terjadi pada dirinya dan Hellen.
***

         Keesokan harinya sebelum matahari terbit sempurna, terdengar suara pintu terketuk dari luar kamar Ferly. Ferly yang masih terus menangis berusaha untuk beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya dengan langkah kaki yang amat pelan.

“Ibu.. "

“Kau tidak tidur semalaman, apa yang membuatmu menangis sepilu ini Ferly?”

         Gadis itu tak menjawab pertanyaan ibunya, ia berdiri mematung dengan bulir bulir airmata yang terus keluar dari sudut matanya. Mendengar suara mereka Pak Ridwan ikut keluar dari kamar dan mendekat kearah keduanya. Beliau curiga saat melihat wajah putrinya begitu sembab sambil sesekali menyeka airmatanya. Beliau yang sangat faham dengan sikap putrinya itu langsung meraih pundak Ferly dan menuntunnya duduk di bibir tempat tidur.

“Apa yang membuat anak gadis Ayah menangis seperti ini, katakan pada Ayah Ferly. Katakan semuanya tanpa ada yang di tutup tutupi“

         Gadis itu menatap wajah Ayahnya dengan penuh penyesalan. Beberapa detik kemuadian ia melepas cincin tunangannya dengan Dyno dan menyerahkan cincin itu ke tangan Ayahnya. Pak Ridwan dan Bu Hesty menatap heran satu sama lain.

“Sebelumnya Ferly minta maaf kepada Ayah dan Ibu, Ferly sudah memutuskan untuk mengakhiri pertunangan ini secepat mungkin“

          Kedua orangtua angkat yang sudah menganggap Ferly sebagai anak kandung mereka itu terkejut bukan main. Belum sempat mereka menanyakan perihal yang membuat anak gadisnya memutuskan pertunangan begitu saja, gadis innocent itu kembali menangis tersedu sedu dan roboh dalam pelukan Ayahnya.

“Dyno sudah mengkhianati kepercayaan dan cinta Ferly ayah.. Ferly memergoki dia tidur dengan Hellen dengan pakaian merek berserakan diatas lantai dikamar Hellen semalam“

         Jantung Pak Ridwan seakan dihantam oleh batu yang sangat besar, beliau menahan rasa sakit itu sambil memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang. Sementara Bu Hesty nampak sangat terkejut sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Mereka sama sekali tak percaya, Dyno yang mereka kenal begitu baik dan sopan mampu melakukan hal senista itu, namun mereka juga sangat yakin bahwa putri mereka sedang tidak berbohong saat ini.

“Tolong Ayah .. bantu Ferly untuk mengembalikan cincin ini kepada keluarga Pak Irawan secepatnya. Ferly menanam hubungan ini dengan awal yang baik dan Ferly juga ingin menanggalkannya dengan akhir yang baik pula . Cukup hubungan Ferly dan Dyno saja yang berakhir. Ferly tidak ingin hubungan baik keluarga kita dan Pak Irawan menjadi rusak karna masalah ini“ tutur gadis itu dengan suara serak karna menahan tangisnya sejak semalam.
Pak Ridwan dan Bu Hesty memeluk putrinya secara bersamaan. Merekapun tak kuasa menahan airmata yang sejak tadi sungkan untuk keluar.

“Ayah akan kerumah Dyno untuk menyelesaikan masalah ini denggan Pak Irawan. Tidurlah nak, Ayah tidak ingin kau sakit karna masalah ini. Semalaman kau belum tidur , jiwa dan ragamu pasti sudah sangat lelah“

         Ferly mengangguk pelan mendengar nasihat ayah tercintanya. Merekapun keluar dari kamar anak gadisnya dengan perasaan sedih bercampur marah. Mereka sedih melihat putri mereka dikhianati sedemikian nista oleh lelaki yang selama ini merkea anggap sebagai calon suami yang sangat mencintai putri mereka. Mereka marah karna Dyno sudah menyianyiakan kepercayaan yang telah mereka limpahkan kepadanya. Mata Pak Ridwan membulat merah dengan sorotan yang sangat tajam. Bu Hesty mengelus bahu suaminya untuk meredam emosi yang sedang menguasai jiwanya. Pak Ridwan mempunyai riwayat penyakit jantung cukup lama. Sejak keluar dari kamar putrinya itu beliau tiada henti memegang dadanya sambil menahan rasa sakit.

           Pukul 14.00 Pak Ridwan dan Bu Hesty meluncur kerumah Pak Irawan dengan emosi yang sangat nampak diwajah keduanya. Terutama Ayah Ferly yang terkesan tegas dalam menyelesaikan setiap masalah. Didalam perjalanan tak sepatah katapun keluar dari mulut pria berusia setengah abad itu selain suara istrinya yang tiada henti menasehati beliau agar memelankan laju mobil yang terkesan ngebut.

“Pak, jangan terlalu emosi. Kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin . Nanti jantung Bapak bisa kambuh lagi“ Gumam wanita paruh baya itu dengan bahasa yang sangat halus. Namun suaminya tak menghiraukan ucapan istrinya.

           Mobil tetap melaju begitu cepat menyisir jalanan kota dan lalu lalang kendaraan di kanan kirinya. Isak tangis anak gadisnya terus menyeruak dalam otaknya. Hatinya sakit, karna sejak keluarga itu mengadopsi Ferly sebagai anak mereka, tak sekalipun mereka pernah membuat gadis innocent itu mengeluarkan airmata kesedihan yang begitu memilukan seperti pagi ini. Mobil itu telah sampai didepan rumah mewah milik keluarga Irawan. Mereka keluar dari dalamnya dan langsung melangkah cepat kedepan pintu dan menekan bel yang terpasang disampingnya. Pintu itu dibuka oleh Prass yang tidak sengaja mendengar bel berbunyi saat ia sedang mengambil minuman di dapur.

“Selamat siang nak Prassetya .. “

“Oh Pak Ridwan, Bu Hesty selamat siang, silahkan masuk“

Kedua suami istri itupun masuk kedalam rumah dan duduk diruang tamu.

“Apa Bapak dan Ibu ingin bertemu dengan Papah atau Dyno , biar saya panggilkan“
Tawarnya berpura pura tidak tahu akan maksud kedatangan mereka. Walaupun sebuah keyakinan telah terbesit dihatinya bahwa mereka pasti datang untuk membahas masalah semalam. Ferly pasti sudah menceritakan apa yang ia lihat kepada orangtuanya. Dia sangat yakin akan hal itu.

“Kami ingin bertemu dengan Papahmu, ada hal penting yang harus saya bicarakan saat ini juga“ Jawab beliau dengan sangat dingin.

“Baik, tunggu sebentar “

          Prass langsung berjalan menuju kamar orangtuanya yang memang berada di lantai bawah. Lima menit kemudian Pak Irawan datang bersama istrinya dan duduk menyambut mereka dengan hangat.

“Ada apa gerangan yang membuat Bapak dan Ibu Ridwan sehingga berkunjung kemari tanpa menelfon saya terlebih dahulu. Kita bisa bertemu diluar sambil makan siang.”
Ujar pemilik rumah itu dengan pertanyaan besar yang tersirat diwajahnya.

“Tidak usah Pak Irawan, tidak usah repot repot. Kami punya maksud dan tujuan yang sangat penting untuk kami sampaikan hari ini juga “ Ketus pria berusia setengah abad itu sambil merogoh kantong celananya dan mengeluarkan kotak cincin pertunangan Ferly dan putranya, Dyno.

“ apa apaan ini Pak Ridwan?”

           Pak Irawan dan Bu Melinda tersentak kaget dengan hati bertanya tanya terhadap sikap tamu didepan mereka yang tiba tiba saja sedingin itu.

“Saya mewakili putri saya , Ferly .. untuk memutuskan pertunangannya dengan putra Bapak, Dyno detik ini juga “

“Apa yang salah dengan putra saya Pak Ridwan?”

“Anda tanyakan saja langsung kepadanya “

           Pak Irawanpun langsung memanggil putra bungsunya untuk turun menemui mereka diruang tamu. Sementara Prass yang sedari tadi ikut duduk bersama mereka hanya diam sambil terus menyunggingkan senyum kepuasan disudut bibir tipisnya .

“Dynooooooooo!!!

Teriak Pak Irawan dengan suara yang menggelegar di seluruh penjuru rumah itu. Dyno yang sedang tertidur langsung bangkit dan keluar dari kamarnya. Dari lantai atas dia melihat calon mertuanya ada disana. Diapun turun dengan tergesa gesa dengan jantung berdebar debar.

“Pak Ridwan.. Bu Hesty .. apa sudah lama disini?" Sapa pemuda itu yang tak direspon sedikitpun oleh kedua orangtua Ferly.

“Apa yang kau sudah lakukan kepada Ferly, Dyno?”

“Apa maksud Papah, aku tidak mengerti dan kenapa Ferly tidak ikut kemari?”

“Dia sedang istirahat dirumah, semalaman dia menangis terus karna perbuatanmu yang sangat melukai hatinya dan juga kami “ Jawab Pak Ridwan memotong pembicaraan ayah dan anak itu dengan tegas.

          Mata beliau semakin memerah seakan bola matanya ingin meletus keluar. Dyno yang telah menyadari bahwa perbuatannya dengan Hellen semalam telah diketahui oleh Ferly hanya bisa menunduk dengan mata berkaca kaca.

’’Apa yang kau lakukan semalam Dyno, jawab!”

          Gentakan ayahnya tak sedikitpun membuat pemuda itu membuka mulut. Dia masih mematung tanpa berbicara sepatah katapun. Sementara Prass semakin menikmati pemandangan didepannya bak seorang penonton yang sedang duduk disebuah bioskop.
“biar saya yang berbicara jika putra anda tidak mengakui apa yang dia perbuat semalam . “ tambah Pak Ridwan.
Beliau hendak mengatakan sesuatu namun Dyno langsung mencegat ucapannya.

“Aku tertidur dengan Hellen dikamarnya, tapi demi Tuhan aku tidak menyadari kenapa semua itu bisa terjadi, sungguh“

‘plaaaakkkkkkk’

Tamparan keras mendarat diwajah Dyno. Pak Irawan sangat geram mendengar pengakuan dari mulut putranya. Wajahnya tak kalah sangar dengan Pak Ridwan. Ada kekecewaan dan rasa malu yang sangat besar didalam hatinya saat itu. Bu Melinda menggelengkan kepalanya dengan rasa tak percaya. Ia sangat faham siapa putranya itu karna Ia yang merawatnya sejak kecil. Sebisa mungkin wanita itu meminta suaminya agar terlebih dulu mendengarkan penjelasan putranya namun Pak Irawan tak membeli permintaannya sedikitpun. Dyno menunduk dengan penuh penyesalan. Tak terasa bulir bulir bening keluar dari pelupuk matanya.

“Diammu adalah jawaban yang paling jelas dari permasalahan ini. Serendah inikah kau menempatkan nama baik keluargamu diatas perbuatan nista itu. Kau tahu Ferly sangat menghargai niat baikmu untuk meminangnya walaupun sebenarnya Papah tahu kalau dia belum siap untuk itu. Tapi lihat apa balasanmu untuknya sekarang?”

“Demi Tuhan Pah, aku tidak tahu kenapa aku bisa berada dikamar itu dengan Hellen“

“Dan apakah semua pakaianmu itu terlepas begitu saja dari tubuhmu? putriku dan kakakmu melihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa kau sedang tidur dengan gadis itu tanpa sehelai pakaianpun selain hanya selimut yang menutupi tubuh kalian“
Tambah Pak Ridwan dengan sangat emosi. Beliau memegang bagian jantungnya yang kembali terasa sakit. Bu Hesty langsung menenangkan beliau dan mengajaknya untuk segera pulang.

           Pak Irawan melirik kearah Prass seakan meminta jawaban atas kebenaran ucapan calon besannya itu. Prass hanya diam dengan wajah yang tenang. Pak Ridwan memungut kotak cincin yang tergeletak di atas meja. Beliau membukanya dengan emosi dan melempar cincin itu kearah Dyno. Semua orang terkejut, hari itu seperti bukan Pak Ridwan lemah lembut yang selama ini mereka kenal. Tapi seperti seoraang musuh yang sangat membenci mereka. Jantungnya semakin sakit beliau rasakan. Wajah putri tercintanya kembali menyeruak ditengah emosi yang menguasai diri beliau. Bu Hesty langsung mengajaknya untuk pulang. Kedua orangtua Ferly langsung meninggalkan rumah itu tanpa pamit kepada mereka. Sementara keuda orangtua Dyno nampak terpukul dengan apa yang terjadi barusan.

“My game playing succesfull.. “ Prass masih duduk didepan mereka dengan sunggingan sinis dari wajahnya kearah Dyno yang masih mematung dan membisu.
**


Pintu kaca toko aksesoris itu terbuka pelan. Ferly masuk dengan wajah yang masih sembab. Ia sengaja datang kesana untuk menghibur hatinya yang sedang lara. Dua orang karyawatinya saling melirik satu sama lain dengan kebingungan. Tak biasanya bos muda mereka datang ke toko itu di jam matahari hampir tenggelam. Salah satu dari mereka menanyakan kabarnya karna beberapa hari ini tak terlihat di toko itu. Ferly hanya tersenyum tipis lalu duduk di kursinya sambil membuka buka buku catatan penjualan toko itu. Baru sepuluh menit ia merasa kepalanya mulai pusing. Dia beranjak keluar dan menyebrang jalan untuk menghirup udara sore hari di taman kecil dimana dulu dia pernah duduk disana bersama Prass. Gadis innocent itu termenung sambil menenggelamkan kepalanya pada sandaran kursi itu.

“Secepat ini semuanya berakhir“ gumamnya sambil memejamkan kedua matanya.

“Tidak, ini belum berakhir Ferly!” sebuah suara menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

          Dia Dyno. Yang sengaja mengikutinya ke taman itu. Ferly terkejut dengan kedatanganya di sana. Gadis itu langsung berdiri dan hendak meninggalkan pemuda yang berdiri di depannya. Dia geram karna pemandangan mengerikan itu terus hadir di dalam otaknya.

“Apa kau sepengecut ini Fer, kau memutuskan pertunangan kita dengan orangtuamu sebagai perwakilannya. Dan kau sendiri tak berucap sepatah katapun kepadaku. Kau sudah mengenalku cukup lama namunkau masih saja tertipu oleh keadaan ini“
Teriak pemuda itu dengan putus asa.

          Langkah Ferly langsung terhenti saat itu juga. Dia berbalik menghadap tunangannya itu dengan kemarahan yang tersirat jelas diwajahnya.

“Tertipu katamu?” gadis itu berjalan mendekati Dyno yang terus menatap kearahnya.

“Dyno, aku melihat dengan kepalaku sendiri kau tertidur bersama Hellen dengan pakaian kalian yang berserakan diatas lantai. Apa kau fikir aku bodoh Dyn .. “
Jawabnya dengan mata berkaca kaca.

          Dyno berlutut di depan gadis pujaannya selama ini. Dia berusaha mencari celah agar gadis itu mau mendengarkan penjelasannya. “Demi Tuhan Ferly.. aku tidak melakukan apapun dengan Hellen. Akupun tidak tahu kenapa aku bisa berda dikamar itu. Yang kuingat aku masih berkumpul dengan Ardi dan teman temanku di tepi kolam renang itu. Dan saat pesta mulai usai kepalaku terasa sakit sekali dan aku tidak tahu tiba tiba aku terbangun dikamar itu dengan Hellen“

“Dan kau pergi kesana tanpa memberitahuku, bahkan kau mengabaikan semua telfon dan pesan dariku. Aku ingin meminta maaf kepadamu bahkan aku mendatangi rumahmu semalam, tapi kau tidak ada. Kakakmu mengajakku untuk menemui ke pesta itu dan apa yang kami temukan ? kau tidur dengan gadis itu Dyno! Aku muak melihatmu. Hari ini.. detik ini juga.. semua hal yang berkaitan denganmu kuanggap berhenti sampai disini“

         Gadis innocent itu pergi meninggalkan kata kata yang teramat perih di hati Dyno. Dyno hanya bisa diam dengan segala fitnah yang ia sendiri belum tahu siapa yang tega menjebaknya sedemikian rupa. Apakah itu sengaja dilakukan oleh Hellen agar hubungannya dengan Ferly bisa hancur dan Hellen bisa masuk kehatinya? Entahlah, yang jelas ditaman itu dengan disaksikan pohon pohon yang bergoyang gemulai Ferly sudah memutuskan pertunangan mereka. Dyno meninggalkan taman itu sambil menatap sedih cincin Ferly yang ia ambil dari saku kemejanya.

“Aku tidak menyangka cincin ini hanya melingkar satu hari saja di jarimu sayang.. aku berharap cincin ini akan terus menghias jari manismu hingga kita tua nanti. Namun semuanya telah sirna. Kau lebih percaya dengan apa yang kau lihat oleh kedua matamu daripada apa yang kau lihat dari mata hatimu“

 Sementara didalam toko, Ferly melihat begitu banyak panggilan masuk di ponsel miliknya. Ia menegur kedua karyawatinya yang mengabaikan panggilan demi panggilan itu tanpa memberitahunya sekalipun. Mereka meminta maaf karna mereka tidak berani untuk menjawab panggilan dari ponsel pribadi bos mudanya itu. Ferly memeriksa nomor nomor yang masuk kedalam daftar panggilan masuk di ponselnya. Dia menekan nomor paling akhir yang memanggil sekitar sepuluh menit yang lalu.

“Selamat sore, maaf anda menelfon saya selama berkali kali .apa anda ada perlu dengan saya?”

“Apa benar ini nona Ferlyta?”

“Ya benar, ini saya“

“Kami dari pihak kepolisian ingin memberitahu anda bahwa Pak Ridwan Handoko dan Ibu Hesty Prameswari mengalami kecelakaan mobil pada pukul 16.10 tadi dan kondisi keduanya sangat kritis nona“

          Tubuh Ferly terasa lemas begitu saja. Kedua matanya membulat lebar berkaca kaca. Dia masih sempat mendengar polisi itu menyebut nama rumah sakit dimana orantuanya dilarikan. Ponsel yang dia pegang terjatuh di atas lantai. Ia hampir saja pingsan saat seorang karyawati menangkap tubuhnya dengan cepat.

“Mbak Ferly kenapa?” teriak karyawati yang lain.

          Mereka langsung menuntun gadis itu ke kursinya dan memungut ponsel itu dan dimasukkan kedalam tasnya. Ferly menangis tersedu sedu tanpa menjawab pertanyaan dari mereka. Dia bangkit mengambil tasnya dan langsung berlari keluar menghentikan sebuah taksi untuk menuju kerumah sakit secepatnya. Dia meminta supir taksi itu untuk melajukan mobil dengan cepat kerumah sakit yang sudah ia sebutkan. Diperjalanan airmatanya terus berjatuhan  dengan keadaan hatinya yang remuk oleh masalah demi masalah yang sedang ia hadapi.

          Sesampainya dirumah sakit itu Ferly langsung mendekati resepsionist untuk menanyakan keberadaan orangtuanya. Dari kejauhan Ferly melihat Digta yang sedang berdiri sambil sesekali mengusap airmatanya. Gadis itu berlari kearah adiknya menangkis semua orang yang lewat didepannya. Digta melihat kedatangan kakaknya dan langsung memeluknya dengan erat.

“Ayah Kak, Ayah.. “

“Dimana Ayah dan Ibu Digta, katakan!.” teriak Ferly sembari mengguncang bahu adiknya.
Pertanyaan itu tak dijawab oleh adiknya hingga Ferly kehilangan kesabaran dan berteriak begitu keras hingga mengundang respon dari orang orang disekitarnya.

“Digta katakannn !!! “

Digta menatap wajah kakaknya dengan ragu. Ia berusaha menggerakkan lidahnya yang sempat kelu. Dengan terbata bata anak lelaki itu mengucapkan sebuah kenyataan yang amat pahit untuk didengar.

“ A.. Ayah sudah tidak ada Kak , Ayah meninggal ditempat kejadian. Dokter bilang jantung Ayah sempat kembuh sebelum kecelakaan itu terjadi. Sepulang dari rumah Kak Dyno. Dan..“
“ tidak De, kau pasti berbohong. Ayah tidak mungkin pergi. Orangtua kita pasti baik baik saja.. Kakak yakin!” Lirih gadis itu sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

Dua orang polisi menghampiri mereka dan menanyakan tentang keluarga dari korban kecelakaan tersebut. Ferly membenarkan bahwa Ia adalah putrinya yang beberapa puluh menit lalu ditelfon oleh mereka. Salah satu dari olisi itu memberitahu keadaan Pak Ridwan yang sudah tak bernyawa serta kondisi Bu Hesty yang juga kritis diruang UGD. Sedang polisi satunya lagi menginformasikan tentang penyebab kecelakaan itu sendiri yang mana penyakit jantung Pak Ridwan terlebih dulu kambuh sehingga beliau kehilangan kendali  dan mobil yang dikendarai olehnya menabrak trotoar jalan dan terjadilah kecelakaan maut tersebut.

         Ferly mematung dengan tatapan kosong. Ia tak bergeming sedikitpun. Kedua kakinya serasa tak menapak diatas lantai, bola matanya kembali bergerak saat Ia menangkap kedatangan beberapa suster yang membawa sebuah jenazah dengan bersimbah banyak darah. Ferly berlari kearah mereka dan memaksa mereka untuk berhenti. Digta melihat Kakaknya dengan pilu. Ferly mulai membuka kain yang menutup wajah jenazah itu dengan pelan. Jantungnya berdegup kencang, kedua matanya terbelalak lebar saat Ia mengenali bahwa itu adalah wajah ayahnya, Pak Ridwan.

         Gadis itu terjatuh dan tak sadarkan diri. Digta berteriak dan menghampiri tubuh kakaknya yang terkulai lemas di lantai.  Beberapa suster berdatangan dan membawanya keruang pasien untuk diperiksa. Digta menangis pilu dengan keadaan kakaknya seperti itu. Ia adalah satu satunya keluarga yang Digta harapkan bisa menjadi tempatnya untuk bersandar saat ini. Namun Ferly tak setegar dirinya. Ia memungut tas kakaknya yang terjatuh di atas lantai. Tiba tiba ponsel yang berada di dalamnya berdering cukup keras. Digta membuka tas kecil itu dan melihat kontak yang tertera di depan layar.

“Kak Prass .."

Iapun langsung mengangkat penggilan telefon itu dan menceritakan semua kejadian yang menimpa keluarganya kepada Prass.

“Aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi. Kami tak punya keluarga disini. Kak Ferly juga pingsan barusan, aku bingung Kak Prass. Aku tidak tahu harus bagaimana .. “

“Kakak akan segera kesana, kamu jangan khawatir . tetaplah tenang dan jaga kakakmu dengan baik“

Digta menutup ponsel itu setelah mendengar bahwa Prass akan menyusulnya ke rumah sakit. Ada sedikit ketenangan yang Ia rasakan saat itu. Paling tidak Ia tak sendiri memikul beban berat yang ada di hadapannya.

Setengah jam berlalu dan mobil Prass telah terparkir di depan rumah sakit itu. Lelaki tampan itu turun dari mobilnya dan berlari kearah resepsionist. Digta yang menunggunya di dekat area itu langsung menghampiri Prass dan membawanya menyusuri koridor demi koridor hingga berhenti di kamar dimana Ferly dirawat. Digta membuka pintu itu pelan pelan. Prass melihat tubuh Ferly terkulai lemas di atas ranjang dengan mata tertutup.

“Ferly?”

Ia langsung mendekati Ferly dan memegang telapak tangannya. Wajahnya begitu khawatir dan ada tanda tanya kecil yang nampak dari kerutan di keningnya.

“Kak Ferly pingsan saat melihat jenazah Ayah yang hendak dipindahkan ke kamar mayat.”
Tutur Digta.

“Apa yang kau katakan Digta. Jenazah .. jenazah siapa ? baru tadi siang orangtua kalian berkunjung kerumah kami“

“Ya, dan semua ini karna Kak Dyno. Dia yang sudah membuat Kak Ferly sedih hingga mendobrak keadaan jantungnya yang sudah lemah. Ayah terkena serangan jantung saat Ia menyetir mobil sepulang dari rumah kalian hingga kecelakaan itu terjadi dan merenggut nyawanya!” Digta menuturkan kejadian itu dengan sangat emosi.

          Raut wajah Prass seketika berubah. Ia terlihat tegang sembari mengingat ingat saat Pak Ridwan berkunjung kerumahnya siang tadi. Dia menyadari bahwa beliau memang sempat memegang dadanya yang terasa sakit, sebelum akhirnya mrereka memutuskan untuk pulang. Namun Ia sendiri baru tahu, kalau ternyata Ayah mereka telah lama mengidap penyakit jantung.

“Lalu, bagaimana dengan Ibu kalian?”

“Ibu koma dan sekarang masih dirawat diruang ICU. Ibu mengalami benturan yang sangat keras di bagian kepalanya. Aku tidak dapat membayangkan betapa hancurnya hati Ibu jika beliau tahu bahwa Ayah telah tiada. Aku bingung harus meminta bantuan kepada siapa Kak Prass, aku tidak mampu menjalani semua ini sendirian  …. .” Jelas Digta sambil mengusap airmatanya. Ada rasa sakit yang begitu besar di dalam hatinya.

         Prass merasa iba dengan wajah anak lelaki itu. Tak sehaarusnya Ia mengalami kejadian mengerikan seperti ini di usia semuda itu. “Jangan khawatir, Kakak akan membantu kalian dan mengurus semua masalah ini hingga selesai. Kau fokus untuk menjaga kakakmu saja ya.. “
Gumam lelaki tampan itu sembari mengelus rambut cepak Digta. Digta mengangguk haru dan berterima kasih kepada Prass. Ia menganggap Prass bagai malaikat yang diutus Tuhan untuk menolong mereka di saat saat tersulit seperti itu. Ia tak tahu bahwa Dyno sama sekali tak tahu menahu tentang kecelakaan itu. Justru karna fitnah yang dibuat oleh Prass dan Hellenlah hingga kini semua itu berubah menjadi malapetakan yang sangat besar untuk keluarga Ferly.

to be continue....

( Bagi yang berminat untuk mengoleksi bukunya, bisa hubungi aku langsung ya ...
Facebook : Iin Indrayani, yang ada di Indonesia atau juga di Taiwan. untuk indo harga novel Rp.70.000 " 400 halaman ", untuk taiwan sekitar 400Nt / 450Nt. awal bulan depan sudah masuk proses cetak, Insha Allah. Terima kasih )

Untuk kembali membaca Klik  Bab 1 DENDAM MASA LALU
Untuk kembali membaca Klik  Bab 2 PERTEMUAN PRASS DAN FERLY
Untuk kembali membaca Klik  Bab 3 PERMAINAN DI MULAI
Untuk kembali membaca Klik  Bab 4 RINDU TERTUTUP GENGSI
Untuk kembali membaca Klik  Bab 5 PERTUNANGAN FERLY
Untuk kembali membaca Klik  Bab 6 RUMAH,PESTA,DAN PEMANDANGAN MENGERIKAN


Mohon maaf bila ada salah kata atau ucapan dalam penulisan kami ......

Untuk melihat kegiatan kegiatan TBM LENTERA HATI  lihat saja  DI SINI ya ..........
Untuk melihat puisi - puisi lainnya silahkan klik DI SINI
Untuk membaca cerita atau cerpen silahkan klik DI SINI
Untuk download Software,Game,atau Video tingggal klik DI SINI
Bagi yang suka baca berita seputar Indramayu silahkan klik DI SINI
Untuk yang suka membaca Novel DI SINI

Terima Kasih sudah mengunjngi Blog kami TBM LENTERA HATI
Kami tunggu Kritik dan Sarannya  !!!
**
Untuk teman teman yang mempunyai cerpen, puisi, novel, dan lainnya juka ingin di publish di sini silahkan kirim file nya ke email : tbm.lenterahati@gmail.com

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form